Search This Blog

Kaum Intelektual dan Sosialisme (Bagian 3)

Tidak begitu mengejutkan bahwa kalangan terpelajar, para pakar, dan para praktisi yang sesungguhnya seringkali merasa sombong tentang intelektualitasnya, kemudian merasa segan untuk mengakui kekuatannya, dan merasa marah bila menemukannya. Secara individu, mereka merasa bahwa kaum intelekual sebagian besar adalah orang-orang yang tidak mengerti apapun secara khusus dengan baik dan hanya memiliki pertimbangan dalam beberapa kebijaksanaan yang mereka pahami. Tetapi akan menjadi kesalahan yang sangat fatal bila meremehkan kekuatan mereka karena alasan ini. Walaupun pengetahuan mereka dangkal dan kecerdasan mereka terbatas, tidak berarti mengubah fakta bahwa pertimbangan mereka lah yang utamanya mempengaruhi pandangan yang akan dipegang oleh masyarakat dalam waktu yang tidak lama di masa mendatang. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa ketika bagian besar yang aktif dari kaum intelektual telah diubah menjadi suatu rangkaian kepercayaan, yang kemudia diterima secara luas menjadi otomatis dan tak bisa ditolak. Intelektual-intelektual ini adalah organ yang telah dibangung oleh masyarakat moderen untuk mengembangkan penyebaran pengetahuan dan gagasan, dan sudah menjadi suatu kepercayaan dan pendapat masyarakat moderen, bahwa kaum intelektual bekerja sebagai saringan untuk semua konsepsi baru, sebelum disampaikan kepada masyarakat luas.

Sudah menjadi proses alami bahwa pekerjaan kaum intelektual harus menggunakan pengetahuannya dan kepercayaannya sendiri dalam menjalankan tugas sehari-hari. Dia menempati posisi ini karena dia memiliki atau telah berhubungan dengan pengetahuan yang tidak dimiliki oleh orang yang mempekerjakannya, dengan demikian beberapa kegiatannya bias diarahkan oleh pihak lain hanya untuk batasan tertentu. Dan hanya karena kaum intelektual sebagian besar jujur dalam intelektualitasnya, mereka tak terelakkan untuk harus mengikuti kepercayaan mereka sendiri kapanpun mereka mempunyai pilihan dan mereka harus memberikan pandangan terhadap apapun yang melalui kewenangannya. Bahkan ketika arah kebijakan ada dalam kewenangan beberapa orang yang mempunyai perbedaan pandangan, penerapan kebijakan pada umumnya akan ditangani oleh kaum intelektual, dan seringkali keputusan pada detail kebijakan yang menentukan dampak sebenarnya. Kita menemukan ilustrasi seperti ini di hampir semua jenis masyarakat modern. Media koran dalam kepemilikan yang “kapitalis”, universitas yang dipimpin oleh badan eksekutif reaksioner, dan sistem penyiaran yang dimiliki pemerintah konservatif, semuanya telah diketahui mempengaruhi opini publik ke arah sosialisme, yang merupakan kepercayaan orang-orang yang bekerja di dalamnya. Ini seringkali terjadi terlepas dari, tapi mungkin juga karena upaya-upaya yang dilakukan oleh mereka yang berada yang ada dalam posisi puncak yang mempengaruhi opini dan berusaha untuk menerapkan prinsip ortodoksi.

Dampak dari seleksi gagasan melalui kepercayaan suatu kelompok tertentu, yang sebenarnya secara konstitusional telah cenderung kepada pandangan tertentu tidak berarti terbatas kepada masyarakat luas. Di luar bidang spesialisasinya, para pakar pun secara umum cukup tergantung kepada kaum intelektual, serta jarang untuk tidak terpengaruh oleh seleksi gagasan yang dilakukan oleh kaum intelektual. Hasilnya, hari ini sebagian besar Dunia Barat yang merupakan lawan dari negara sosialisme, memperoleh pengetahuan dalam banyak hal yang tidak dikuasainya dari sumber-sumber sosialis. Dengan banyaknya konsepsi awal yang umum tentang pemikiran sosialisme, hubungan dari usulan praktis mereka langsung menjadi jelas; konsekuensi dari sistem pemikiran tersebut faktanya menjadikan kaum intelektual sebagai penyebar efektif dari gagasan itu sendiri. Siapa yang tidak tahu, seseorang yang dalam lapangan pekerjaannya menyatakan sosialisme sebagai “kebusukan yang jahat”, tetapi ketika dia melangkah ke persoalan lain, menyebarkan sosialisme persis seperti jurnalis kiri?

Tidak dalam bidang lain, pengaruh besar dari intelektual sosialis terasa lebih kuat dalam seratus tahun terakhir dibandingkan  kontak antara peradaban nasional yang berbeda. Namun akan terlalu jauh dari bahasan artikel ini, bila harus melacak penyebab dan signifikansi dari suatu fakta yang sangat penting bahwa di dunia moderen kaum intelektual menyediakan hampir satu-satunya pendekatan menuju masyarakat internasional. Sosialisme yang menjadi jalur untuk sebuah tontonan yang luar biasa bagi generasi – yang seharusnya “kapitalis” Barat, malah meminjamkan dukungan moral dan materialnya kepada kepada pergerakan-pergerakan ideologis di negara-negara yang nun jauh di timur sana yang bertujuan merusak peradaban barat. Di sisi yang sama, informasi yang diterima oleh masyarakat Barat tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di Eropa Tengah dan Timur hampir tak terelakkan diwarnai oleh bias sosialisme. Banyak dari aktivitas “berpendidikan” dalam kekuatan bersenjata Amerika di masa pendudukan Jerman misalnya, telah memberikan contoh yang jelas tentang tendensi tersebut.

No comments:

Post a Comment

komentar

Ke Mana Semua Kekuasaan Menghilang ?

Bidang politik pun semakin banya ilmuan yang meng-interprestasikan struktur politik manusia sebagai sistem pemprosesan data. Sebagai mana ...