Search This Blog

POLITIK, POLITISI DAN PENCITRAAN (Bagian 2)

Hasil gambar untuk POLITISI DAN PENCITRAAN

Pencitraan politik Sarundajang jauh dari semua itu. Tapi apa peduli kita? Gubernur yang sebentar lagi akan menghabiskan masa jabatannya ini tampaknya tidak lagi terlalu membutuhkan pencitraan dalam karir politiknya sekarang. Dengan prestasinya yang cukup membanggakan selama karirnya sebagai politisi dan pejabat publik, Sarundajang jelas layak mendapatkan penghormatan kita. Tapi disebut dengan rasa hormat yang sama, beliau mestinya menjadi politisi terakhir dari kantong sejarah Orde Baru yang all exclusive di atas panggung politik lokal Sulawesi Utara. Setelah Sarundajang, kita membutuhkan perubahan yang bersifat total dalam preferensi politik publik saat ini. Kita harus memunculkan politisi yang dapat memberikan jaminan atas masa depan wilayah ini.

Jaminan apa? Jaminan bahwa Sulut memiliki tempat yang layak dalam ruang politik nasional republik ini. Dan kita boleh percaya bahwa keagenan seorang politisi dalam jabatan publik seperti gubernur memiliki arti yang cukup penting untuk tujuan itu. Dalam kerangka pencitraan politik, kita membutuhkan tokoh lokal yang mampu memutar lensa kamera nasional untuk menyorot provinsi ini. Dan itu berarti kita membutuhkan figur yang memiliki gagasan besar, keahlian berpolitik, dan pekerja keras seperti Sarundajang tapi dengan penampilan yang sama sekali berbeda dari mantan walikota administratif Bitung ini.

Realitas politik kita hari ini adalah riuh rendah problem kebhinekaan, korupsi, dan kebenaran politik dari semua isu tersebut di dalam kotak kaca televisi. Berbicara tentang penampilan seorang politisi adalah berbicara tentang realitas dalam kotak kaca tersebut. Di situ, dengan penampilan yang tepat, seorang politisi akan membawa manfaat bagi gagasan besar yang dia ajukan, keahlian berpolitik yang dia mainkan, dan kerja keras yang dia lakukan, yang tentu saja dia hadirkan demi kebaikan seluruh masyarakat di dalam wilayah kepemimpinannya. Sulawesi Utara, dengan kepemimpinan yang seperti itu, kepemimpinan yang memahami realitas problem kebenaran di dalam kotak kaca televisi, akan memiliki posisi tawar yang layak diperhitungkan dalam percaturan politik nasional.

Kenapa hal itu penting? Kenapa kita harus memiliki posisi tawar dalam percaturan politik nasional? Pertama, karena kita berada di wilayah timur Indonesia yang kadung menjadi anak tiri sejarah politik nasional dan kita harus melakukan koreksi. Kedua, karena dalam seluruh sejarah yang telah kita jalani dan dengan seluruh potensi yang kini kita miliki, Sulawesi Utara sudah layak untuk melakukan tawar menawar. Ketiga, karena semua politik itu bersifat lokal, dan apa yang kita sebut sebagai politik nasional hanyalah abstraksi dari dinamika politik lokal tersebut.

Persoalan yang tersisa, kebenaran politik dari kelayakan Sulawesi Utara untuk memiliki posisi tawar dalam percaturan politik nasional membutuhkan seorang juru bicara. Kita boleh menyebutnya seorang gubernur, dengan penampilan yang juga layak untuk memasuki realitas kotak kaca televisi tempat kebenaran itu dipertontonkan dan diperbincangkan. Dan demi kelayakan itu kita membutuhkan seorang gubernur dengan citra populis – untuk memenuhi tuntutan pasar politik nasional – yang secara administrasi anti-korupsi, secara ekonomi mendukung pasar, secara sosial sepenuhnya progresif, dan secara budaya menghargai keberagaman. Singkatnya, kita membutuhkan seorang politisi populis sayap kanan progresif dengan karakter gabungan antara penyair romantis, aktivis anarkis, eksekutif perusahaan multinasional, dan penyuluh program keluarga berencana.

No comments:

Post a Comment

komentar

Ke Mana Semua Kekuasaan Menghilang ?

Bidang politik pun semakin banya ilmuan yang meng-interprestasikan struktur politik manusia sebagai sistem pemprosesan data. Sebagai mana ...