Search This Blog

ASUMSI-ASUMSI INTERAKSIONALISME SIMBOL

Hasil gambar untuk ASUMSI-ASUMSI INTERAKSIONALISME SIMBOL

Self Indication adalah proses komunikasi yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna dan memikirkan untuk bertindak berdasarkan makna itu. Bagi Blummer interaksionalisme simbolik bertumpu pada tiga premis;
  • Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
  • Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain
  • Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial berlangsung.


Dari ketiga premis tersebut dapat dimaklumi apabila bagi teori ini, konsep individual, interaksi dan interpretasi merupakan tiga terminologi kunci dalam memahami kehidupan sosial.

Cara lain untuk mengatakan hal ini ialah, bahwa simbol signifikan adalah suatu makna yang dimengerti bersama. Hal itu dikembangkan melalui interaksi, yang pada dirinya merupakan persoalan manusia yang berusaha untuk mencapai hasil-hasil praktis dalam kerjasamanya satu sama lain. Mead, melukiskan suatu keintiman antara dua orang dimana kedua orang itu mengembangkan suatu bahasa yang hampir bersifat pribadi dalam proses kegiatan-kegiatan mereka sehari-hari tetapi untuk Mead hal ini adalah suatu proses sosial yang umum. Interaksi sosial menghasilkan makna-makna dan makna-makna membentuk dunia kita. Ada suatu pengertian dimana kita menciptakan dunia kita dengan memberikan makna terhadapnya : sepotong kayu adalah sepotong kayu. Dalam kegiatan harian kita hal itu menjadi sebuah meja. Kata “meja” berarti peran yang dimainkannya dalam interaksi kita : sesuatu yang menjadi tempat makanan, tempat bekerja, sebagai penghalang untuk melawan juru-sita. Makna-makna sedemikian berubah dan berkembang dan ketika hal itu terjadi duniapun berubah dan berkembang.

Fungsi bahasa atau simbol yang singnifikan pada umumnya adalah menggerakkan tanggapan yang sama dipihak individu yang berbicara dan juga dipihak lainnya. Dengan mengadopsi orientasi aliran pragmatis ini, mead juga melihat “fungsi” isyarat pada umumnya dan simbol signifikan pada khususnya.

Fungsi isyarat adalah “menciptakan peluang diatara individu yang terlibat dalam tindakan sosial tertentu dengan mengacu pada objek atau objek-objek yang menjadi sasaran tindakan itu “. Dengan demikian muka cemberut yang tak disengaja mungkin dibuat untuk mencegah seorang anak kecil terlalu dekat ke tepi jurang dan dengan cara demikian mencegahnya berada dalam situasi yang secara potensial berbahaya. Sementara isyarat non signifikan bekerja, “ simbol yang signifikan memberikan kemudahan jauh lebih besar untuk menyesuaikan diri dan penyesuain-diri-kembali (readjustment) ketimbang yang diberikan isyarat non signifikan, karena simbol signifikan menggerakan sikap yang sama dalam diri individu. Dan memungkinkan individu itu menyesuaikan prilakunya berikutnya dengan prilaku orang lain dalam hal sikap. Singkatnya, isyarat percakapan yang disadari atau yang signifikan adalah mekanisme yang jauh lebih memadai dan efektiv untuk saling menyesuaikan diri dalam tindakan sosial ketimbang isyarat percakapan yang tak disadari atau yang tak signifikan.

Yang sangat penting dari teori Mead ini adalah fungsi lain simbol signifikan yakni memungkinkan proses mental, berfikir. Hanya melalui simbol signifikan khususnya melalui bahasa manusia bisa berpikir (hewan yang lebih rendah menurut Mead tidak bisa berpikir).

Menurut Mead, keseluruahan sosial mendahului pemikiran indvidual baik secara logika maupun secara temporer. Individu yang berfikir dan sadar diri adalah mustahil secara logika menurut teori Mead tanpa didahului adanya kelompok sosial. Kelompok sosial muncul lebih dulu, dan kelompok sosial menghasilkan perkembamgan keadaan mental kesadaran diri.

Mead mengidentifikasi empat basis dan tahap tindakan yang saling berhubungan. Keempat tahap itu mencerminkan satu kesatuan organik (dengan kata lain keempatnya saling berhubungan secara dialektis). Mead selain tertarik pada kesamaan tindakan tindakan binatang dan manusia, juga terutama tertarik pada perbedaan tindakan antara kedua jenis mahluk itu.

Implus, tahap pertama adalah dorongan hati atau impus/impuls (impulse) yang meliputi “stimulasi/rangsangan spontan yang berhubungan dengan alat indera” dan reaksi aktor terhadap rangsangan, kebutuhan untuk melakukan sesuatu terhadap rangsangan itu.

Persepsi, Tahap kedua adalah untuk persepsi (perception). Aktor menyelidiki dan beraksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan impuls, dalam hal ini rasa lapar dan juga berbagai alat yang tersedia untuk memuaskannya. Manusia mempunyai kapasitas untuk merasakan  dan memahami stimuli melalui pendengaran, senyuman, rasa, dan sebagainya.

Manipulasi, tahap ketiga adalah manipulasi (manipulation). Segera setelah implus menyatakan dirinya sendiri dan objek telah dipahami, langkah selanjutnya adalah memanipulasiobjek atau mengambil tindakan berkenaan dengan objek itu.

Kumsumasi, berdasarkan pertimbangan ini aktor mungkin memutuskan untuk memakan cendawan (atau tidak) dan ini merupakan tahap keempat tindakan, yakni tahap pelaksanaan/komsumasi (konsummation), atau mengambil tindakan yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya. Baik manusia maupun binatang mungkin memakan cendawan beracun karena kemampuannya untuk memanipulasi cendawan dan memikirkan (dan membaca) mengenai implikasi dari memakannya.

Pikirian (Mind)

Pikiran, yang didefinisikan mead sebagai proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan didalam diri individu : pikiran adalah penomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral dari proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran, proses sosial bukanlah produk dari pikiran. Jadi, pikiran juga didefinisikan secara fungsional ketimbang secara substansif

Menurut Mead, manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dalam pemikirannya sebelum ia memulai tindakan yang sebenarnya. Sebelum melakukan tindakan yang sebenarnya, seseorang mencoba terlebih dahulu berbagai alternatif tindakan itu melalui pertimbangan pemikirannya.

Berfikir menurut mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan melakukan simbol-simbol yang bermakna. Melalui proses interaksi dengan diri sendiri itu, individu memilih mana diantara stimulus yang tertuju kepadanya akan ditanggapinya.

Mead juga melihat pikiran secara pragmatis. Yakni, pikiran melibatkan proses berfikir yang mengarah pada penyelesaian masalah. Dunia nyata penuh dengan masalah dan fungsi pikiranlah untuk mencoba menyelesaikan masalah dan memungkinkan orang beroprasi lebih efektiv dalam kehidupan.

Diri (self)

Banyak pemikiran mead pada umumnya, dan khususnya tentang pikiran, melibatkan gagasanya mengenai konsep diri. Hingga saat ini kita menghindari konsep ini, tetapi ini perlu dibahas agar diperoleh pemahaman lebih lengkap mengenai pemikiran mead.

Pada dasar diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek maupun objek. Diri mensyarakat proses sosial : komunikasi antar manusia. Binatang dan bayi baru lahir tidak mempunyai diri. Diri muncul berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan sosial. Menurut mead adalah mustahil membayangkan diri yang muncul dalam ketiadaan pengalaman sosial. Tetapi, segera setelah diri berkembang, ada kemungkinan baginya untuk terus ada tanpa kontak sosial.

Diri berhubungan secara dialektis dengan pikiran artinya, disatu pihak menyatakan bahwa tubuh bukanlah diri dan baru akan menjadi diri bila pikiran telah berkembang. Dilain pihak, diri dan refleksitas adalah penting bagi perkembangan pikiran. Memang mustahil untuk memisahkan pikiran dan diri karena diri adalah proses mental.

Mekanisme umum untuk mengembangkan diri adalah refleksitas atau kemampuan menempatkan diri secara tak sadar kedalam tempat orang lain dan bertindak seperti mereka bertindak. Akibatnya, orang mampu memeriksa diri sendiri sebagaimana orang lain memeriksa diri mereka sendiri.

Perkembangan anak.Mead sangat tertarik pada usul diri ia melihat percakapan isyarat sebagai latar belakang bagi diri, tetapi hal itu tidak menyangkut diri, karena dalam percakapan semacam itu orang tidak menempatkan dirinya sendiri sebagai objek. Mead menurut asal usul diri melalui dua tahap dalam perkembangan masa kanak-kanak.

Tahap bermain. Pertama adalah tahap bermain (playstage) dalam ini tahap ini anak-anak mengambil sikap orang lain tertentu untuk dijadikan sikapnya sendiri. Meski binatang juga bermain, namun hanya manusialah “yang bermain dengan orang lain”.

Tahap permainan.  Tahap selanjutnya adalah tahap permainan (gamestage) yang diperlukan agar manusia dapat mengembangkan diri menurut makna istilah itu sepenuhnya. Dalam tahap bermain-main, anak-anak tidak terorganisir secara keseluruhan karena mereka memainkan sederetan peran yang berlainan.Akibatnya, menurut Mead mereka tidak mempunyai kepribadian yang nyata.


Kapasitas Berpikir

Asumsi penting bahwa manusia memiliki kapasitas untuk berpikir membedakan interaksionisme simbolik dari akar behavirismenya. Asumsi ini juga menyediakan basis semua teori yang berorientasi pada interaksionalisme simbolik. Bernard Meltzer, J. Petras dan Reynold mengatakan bahwa asumsi tentang manusia memiliki kemampuan berpikir adalah salah satu sumbangan teoritisi interaksionisme simbolik awal seperti James Dewey, Thomas Cooley dan tentu saja Mead “individu dalam masyarakat tidak dilihat sebagai unit yang dimotivasi oleh kekuatan eksternal atau internal diluar kontrol mereka atau didalam kekurangan struktur yang kurang lebih tetap.

Berpikir dan Berinteraksi

Manusia hanya memiliki kapasitas umum untuk berpikir. Kapasitas ini harus dibentuk dan diperhalus dalam proses interaksi sosial. Pandangan ini menyebutkan teoritisi interaksionisme simbolik memusatkan perhatian pada bentuk khusus interaksi sosial yakni sosialisasi. Kemampuan manusia untuk berpikir dikembangkan sejak dini dalam sosialisasi anak-anak dan diperhalus selama sosialisasi dimasa dewasa.

Pakar interaksionisme simbolik tak hanya tertarik pada perspektif sosialisasi sederhana, tetapi juga pada interaksi pada umumnya yang “sangat penting dalam bidang kajiannya sendiri” interaksi adalah proses dimana kemampuan berpikir dikembangkan dan diperlihatkan. Semua jenis interaksi, tak hanya interaksi selama sosialisasi, memperbesar kemampuan kita untuk berpikir. Lebih dari itu, pemikiran membentuk proses interaksi.

Pentingnya pemikiran menurut pakar interaksionisme simbolik tercermin dalam pandangan mereka mengenai objek. Blumer membedakan tiga jenis objek : objek fisik seperti kursi atau pohon : objek sosial seperti seorang mahasiswa atau seorang ibu: objek abstrak seperti gagasan atau prinsip moral.

Pembelajaran makna dan simbol

Dengan mengikuti mead, teoritisi interaksionisme simbolik cenderung menyetujui pentingnya sebab musabab interkasi sosial. Dengan demikian, makna bukan berasal dari proses dengan demikian makna bukan proses mental yang menyendiri tetapi berasal dari interaksi. Pemusatan perhatian ini berasal dari pragmatisme mead. Ia memusatkan perhatian pada tindakan dan interaksi manusia, bukan pada proses mental yang teori isolasi.
Manusia mempelajari makna dan simbol di dalam interaksi sosial. Manusia menanggapi tanda-tanda dengan tanpa berpikir sebaliknya, mereka menanggapi simbol dengan cara berpikir.

Simbol adalah aspek penting yang memungkinkan orang bertindak menurut cara-cara yang khas dilakukan manusia. Karena simbol, manusia “tidak memberikan respon secara pasif terhadap realitas yang memaksakan dirinya sendiri, tetapi secara aktiv menciptakan dan mencipta ulang dunia tempat mereka berperan”. Sebagai tambahan atas kegunaan umum ini, simbol pada umumnya bahasa pada khususnya, mempunyai sejumlah fungsi khusus bagi aktor.

Pertama, simbol memungkinkan orang menghadapi dunia material dan dunia sosial dengan memungkinkan mereka untuk mengatakan menggolongkan dan mengingat objek yang mereka jumpai disitu.

Kedua, simbol meningkatkan kemampuan manusia untuk memahami lingkungan. Daripada dibanjiri oleh banyak stimuli yang tak dapat dibeda-bedakan, aktor dapat berjaga-jaga terhadap bagian lingkungan tertentu saja ketimbang terhadap bagian lingkungan yang lain.

Ketiga, simbol meningkatkan kemampuan untuk berpikir. Jika sekumpulan simbol bergambar hanya dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara terbatas, maka bahasa akan dapat lebih mengembangkan kemampuan ini. Dari artian ini, berpikir dapat dibayangkan sebagai berinteraksi secara simbolik dengan diri sendiri.

Keempat, simbol meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan berbagai masalah. Binatang harus menggunakan cara trial and error, tetapi manusia dapat memikirakan dengan menyimbolkan berbagai alternatif tindakan sebelum benar-benar melakukannya. Kemampuan ini mengurangi peluang berbuat kesalahan yang merugikan.

Kelima, simbol memungkinkan aktor mendahului waktu, ruang dan bahkan pribadi mereka sendiri. Melalui penggunaan simbol, aktor dapat membayangkan seperti apa kehidupan dimasa lalu atau seperti apa kemungkinan hidup dimasa depan. Lagipula, aktor dapat secara simbolik mendahului pribadi mereka sendiri dan membayangkan seperti apa kehidupan ini dilihat dari sudut pandang orang lain. Inilah konsep teroritisi interaksionisme simbolik yang terkenal : mengambil peran orang lain.

Keenam, simbol memungkinkan kita membayangkan realitas metafisik, seperti surga dan neraka.
Ketujuh, dan paling umum simbol memungkinkan orang menghindari dari perbudak oleh lingkungan mereka. Mereka dapat lebih aktiv ketimbang pasif artinya mengatur sendiri mengenai apa yang akan mereka kerjakan.

No comments:

Post a Comment

komentar

Ke Mana Semua Kekuasaan Menghilang ?

Bidang politik pun semakin banya ilmuan yang meng-interprestasikan struktur politik manusia sebagai sistem pemprosesan data. Sebagai mana ...