Search This Blog

LINGKUP PEMBAHASAN INTERAKSI SIMBOLIK

Hasil gambar untuk INTERAKSI SIMBOLIK

Pada perkembangannya, interaksi simbolik lebih menekankan studinya tentang prilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan kelompok atau masyarakat. Proporsi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia itu dapat dibedakan, karena ditampilkan lewat simbol dan maknanya. Mencari makna dibalik yang sensual menjadi penting didalam interaksi simbolis.

Secara umum, ada enam proporsi yang dipakai dalam konsep interaksi simbolik yaitu : (1) prilaku manusia mempunyai makna dibalik yang menggejala, (2) pemaknaan kemanusiaan perlu dicari sumber pada interaksi sosial manusia, (3) masyarakat merupakan proses yang berkembang holistik, tak terpisah, tidak linier, dan tidak terduga, (4) perilaku manusia itu berlaku berdasarkan penafsiran penomenologik, yaitu berlangsung atas maksud, pemaknaan, dan tujuan, bukan didasarkan atas proses mekanik dan otomatis, (5) konsep mental manusia itu berkembang dialektik dan (6) prilaku manusia itu wajar dan konstruktif reaktif.

Definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat merupakan aturan yang mengatur interaksi antar manusia. Ada tiga jenis aturan yang mengatur prilaku manusia ketika mereka berinteraksi dengan orang lain, yang disebutkan oleh David A. Karp dan W. C. Yoels dalam bukunya symbol, selves, and society: understanding interaction (1979), yaitu: (1) aturan mengenai ruang : (2) aturan mengenai waktu : (3) aturan mengenai gerak dan sikaf tubuh.

“Teori ini lebih dari sisi proses komunikasi. Dalam komunikasi itu ada dua hal yang penting, yaitu isyarat dan simbol, kemudian diperlukan proses pemikiran dalam menggunakan dan menerjemahkan simbol-simbol tersebut.(Menurut Paul Johnson)”.

Interaksi simbolik dilakukan dengan menggunakan bahasa sebagai salah satu simbol yang terpenting dan isyarat (decoding). Akan tetapi, simbol bukan merupakan faktor-faktor yang telah terjadi (Given), melainkan merupakan suatu proses yang berlanjut. Maksudnya, ia merupakan suatu proses penyampaian “makna”. Penyampaian makna dan simbol inilah yang menjadi subjekmatterdalam teori interaksi simbolik.

Dimikian pula halnya, teori interaksionalisme simbolik yang dibangun dari paradigma definisi sosial memandang manusia sebagai aktor yang sadar dan refleksif, yang menyatukan objek-objek yang diketahuinya melalui apa yang disebut Blummersebagai self indication (Poloma, 1987;264).

Menurut teori interaksionisme simbolik, fakta sosial bukanlah merupakan barang sesuatu yang mengendalikan dan memaksakan tindakan manusia. Dalam hal ini organisasi masyarakat (fakta sosial) merupakan kerangka didalam mana tindakan manusia mengambil tempat, bukan merupakan faktor penentu tindakan sosial.

Karakteristik dari teori interaksi simbolik ini ditandai oleh hubungan yang terjadi antar-individu dalam masyarakat. Dengan demikian, individu yang satu berinteraksi dengan yang lain melalui komunikasi. Individu adalah simbol-simbol yang berkembang melalui interaksi simbol yang mereka ciptakan. Masyarakat merupakan rekapitulasi individu secara terus menerus.

No comments:

Post a Comment

komentar

Ke Mana Semua Kekuasaan Menghilang ?

Bidang politik pun semakin banya ilmuan yang meng-interprestasikan struktur politik manusia sebagai sistem pemprosesan data. Sebagai mana ...