Search This Blog

Interaksionisme Simbolik

Hasil gambar untuk INTERAKSI SIMBOLIK

Interaksi simbolik merupakan salah satu perspektif teori yang baru muncul setelah adanya teori aksi (action theory), yang dipelopori dan dikembangkan oleh Max Weber. Sebagai teori yang baru muncul setelah teori aksi maka pendekatan yang digunakan juga pendekatan Max Weber yang digunakan dalam teori aksi.

Teori ini berkembang pertama kali di universitas Chicago, dan dikenal dengan mahzab Chicago. Namun, tokoh utamanya dari teori ini berasal dari berbagai universitas di luar Chicago, di antaranya John dewey dan C.H Cooley, yaitu seorang filsuf yang semula mengembangkan teori interaksi simbolik di Universitas Michigan-kemudian pindah ke Chicago dan banyak memberi pengaruh kepada W.I Thomas dan G.H Mead.

Mead sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin, yang pada intinya menyatakan bahwa organisme hidup secara berkelanjutan terlibat dalam usaha penyesuaian diri dengan lingkungannya, sehingga organisme itu mengalami perubahan yang terus-menerus. Dari dasar pemikiran semacam ini Mead melihat pemikiran manusia, sebagai sesuatu yang muncul dalam proses evolusi alamiah.

Secara bertahap, individu memperoleh konsep diri dalam interaksi-nya dengan orang-orang lain sebagai bagian dari proses yang sama dengan proses pemunculan pikiran. Jika proses berpikir itu terdiri dari suatu percakapan internal, maka konsep diri itu didasarkan pada individu yang secara tidak kasatmata (kelihatan) menunjuk pada identitas dirinya yang dinyatakan oleh orang lain.

Pada umumnya interaksionisme simbolik adalah filsafat pragmatisme dan behaviorisme psikologis.

Pragmatisme adalah pemikiran filsafat yang meliputi banyak hal. Ada beberapa aspek pragmatisme yang memengaruhi orientasi sosiologis yang dikembangkan oleh Mead. Pertama, menurut pemikir pragmatisme, realitas sebenarnya tidak berada “diluar” dunia nyata; realitas “diciptakan secara aktiv saat kita bertindak di dalam dan terhadap dunia nyata”. Kedua, manusia mengingat dan mendasarkan pengetahuan mereka mengenai dunia nyata pada apa yang telah terbukti berguna bagi mereka. Ketiga, manusia mendefiniskan “objek” sosial dan fisik yang mereka temui di dunia nyata menurut kegunaannya bagi mereka. Keempat, bila kita ingin memahami aktor, kita harus mendasarkan pemahaman itu diatas apa-apa yang sebenarnya mereka kerjakan dalam dunia nyata.

Aliran pragmatisme yang dirumuskan oleh John Dewey, Wiliam James, Charles Pierce, dan Josiah Royce mempunyai beberapa pandangan.

Ralph LaRosa dan Donald C. Reitzes mencatat tujuh asumsi yang mendasari teori interaksionisme simbolik. Tujuh asumsi tersebut memperlihatkan 3 tema besar yakni;
  • Pentingnya makna bagi prilaku manusia
  • Pentingnya konsep mengenai diri
  • Hubungan antar individu dan masyarakat

Ada tiga hal yang penting bagi interaksionisme simbolik:

  1. Memusatakan perhatian pada interaksi antara aktor dan dunia nyata
  2. Memandang baik aktor maupun dunia nyata sebagai proses dinamis dan bukan sebagai struktur yang statis dan
  3. Arti penting yang dihubungkan kepada kemampuan aktor untuk menafsirkan kehidupan sosial.


Behaviorisme, Lewis dan Smith menafsirkan bahwa Mead dipengaruhi oleh behaviorisme psikologis, sebuah perspektif yang juga membawanya ke arah realis dan empiris. Mead sebenarnya menyebut basis pemikirannya sebagai behaviorisme sosialuntuk membedakannya dari behaviorisme radikal dari John B. Watson.

Berhaviorisme radikal watson memusatkan perhatian pada prilaku individual yang dapat diamati. Sasaran perhatiannya adalah pada stimuli atau prilaku yang mendatangkan respon. Penganut behaviorisme radikal menyangkal atau tak mau menghubungkan proses mental tersembunyi yang terjadi diantara saat stimuli dipakai dan respon dipancarkan.

Menurut Mead, unit study adalah “tindakan” yang terdiri dari aspek tersembunyi dan yang terbuka dari tindakan manusia. Didalam tindakan itulah semua kategori psikologis tradisional dan ortodoks menemukan tempatnya.

Pragmatisme dan behaviorisme, terutama dalam teori Dewey dan Mead, diajarkan ke banyak mahasiswa di Universitas Chicago, terutama pada 1920-an mahasiswa-mahasiswa itu, didalamnya adalah Herbert Blumer, membangun interaksionisme-simbolik. Tentu saja ada teoritisi lain yang memengaruhi mahasiswa ini, dan yang terpenting diantaranya adalah George Simmel. Perhatian Simmel terhadap bentuk-bentuk tindakan dan interaksi adalah sesuai dengan, dan merupakan perluasan dari teori Meadian.

Blumer menciptakan istilah interaksionisme simbolik tahun 1937 dan menulis beberapa esai yang menjadi instrumen penting bagi perkembangannya. Sementara Mead berupaya membedakan interaksionisme-simbolik yang baru lahir itu dari behaviorisme, blumer melihat interaksionisme-simbolik berperan di dua front. Pertama, behaviorisme-reduksionis yang membuat Mead cemas. Masih ada lagi ancaman serius yang berasal dari teori sosiologi berskala luas terutama fungsionalisme struktural. Menurut Blumer, baik behaviorisme maupun fungsionalisme struktural sama-sama cenderung memusatkan perhatian pada faktor yang melahirkan prilaku manusia.

No comments:

Post a Comment

komentar

Ke Mana Semua Kekuasaan Menghilang ?

Bidang politik pun semakin banya ilmuan yang meng-interprestasikan struktur politik manusia sebagai sistem pemprosesan data. Sebagai mana ...