Search This Blog

Manusia Ungahari





Hasil gambar untuk plato
"Plato: Politik sungguh sehari-hari dan bersahaja"

Sebagai filsuf, Plato menulis dalam bentuk percakapan, berlatar kesibukan sehari-hari warga biasa. Percakapan dalam buku Xarmides mengambil tempat di pusat kebugaran di metropolis Athena. Sebagaimana tempat fitness, isinya dipenuhi oleh muda-mudi yang asyik nge-gym, bergaya kekinian serta elok rupawan. Xarmides adalah nama pemuda yang sedang tenar. Ia tampan, cerdas, datang dari keluarga kaya terpandang, calon pemimpin, dan menjadi idaman muda-mudi.

Dalam percakapan Plato ini terasa pendar erotika. Plato melukiskan bagaimana tatapan orang lain, lewat tubuh memikat, dapat menyergap kesadaran dan membuat lupa diri. Tapi erotika segera beralih ke ruang politik, ketika Sokrates bertanya tentang apa yang diketahui Xarmides mengenai keelokan dirinya. Keelokan rupa Xarmides segera kehilangan daya pikatnya, karena ternyata ia tidak tahu apa pun tentang dirinya. Lebih parah lagi, Xarmides tidak tahu bahwa ia tidak tahu, dan bertingkah layaknya orang yang serba tahu. Bagi Sokrates, Xarmides adalah pemuda yang memikat dan menggairahkan, namun justru calon pemimpin yang mengkhawatirkan karena tidak layak.

Kepiawaian Plato terletak pada kemampuannya menarik pembaca masuk ke dalam ruang erotik untuk segera dipentalkan ke ruang yang sama sekali lain: ruang politik.

Untuk Plato, politik adalah demokrasi. Artinya, politik adalah perkara bagaimana mereka yang berpolitik mampu merawat perbedaan. Merawat perbedaan, dalam konteks Plato, juga berarti mampu mengenali potensi tirani kesewenang-wenangan, termasuk tirani di dalam diri, hal yang ada dalam diri Xarmides.

Bagi Plato, negara adalah jiwa yang tertulis dengan huruf kapital. Merawat kehidupan bersama tidak ubahnya merawat diri di tempat kebugaran: demi menjadi fit kita dibuat berkaca pada diri sendiri, dibuat lelah berkeringat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, ditarik ke titik batas ketahanan agar semakin toleran terhadap rasa pegal serta rasa jemu. Demi semakin fit itu diperlukan kemampuan moderasi: tidak terlalu menggebu tapi juga tidak lekas jenuh, tahu kemampuan diri tapi juga tahu ketidakmampuan diri.

Mudahnya, seseorang memiliki pengetahuan untuk mengenali batas: batas kepentingan diri, batas keadilan, batas toleransi, dan tentu saja batas tatanan. Kemampuan inilah yang disebut keugaharian. Mereka yang memilikinya adalah "manusia ugahari"!

Dengan kata lain, manusia ugahari mampu menelanjangi diri sendiri, membuat jiwanya transparan. Di mata Plato, ketelanjangan seperti ini adalah keelokan yang sesungguhnya. Mereka yang berani menelanjangi diri dari atribut-atribut tempelan, seperti keyakinannya, kekuasaannya, kemapanannya, merekalah manusia-manusia ugahari yang dibutuhkan politik. Maka bagi Plato, kriteria politik sungguh sehari-hari dan bersahaja.

No comments:

Post a Comment

komentar

Ke Mana Semua Kekuasaan Menghilang ?

Bidang politik pun semakin banya ilmuan yang meng-interprestasikan struktur politik manusia sebagai sistem pemprosesan data. Sebagai mana ...